Penulisan Huruf Kapital Yang Tepat


readers TIM bilang aku masih salah dalam penggunaan huruf kapital ahaha 😀
so, bagaimana penulisan yang benar? cek it out

Huruf Kapital

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:

-Dia membaca buku.
-Apa maksudnya?
-kita harus bekerja keras.
-Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Orang itu menasihati anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!”
“Kemarin engkau terlambat,” katanya.
“Besok pagi,” kata Ibu, “dia akan berangkat.”
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Islam Quran
Kristen Alkitab
Hindu Weda
Allah
Yang Mahakuasa
Yang Maha Pengasih
Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Imam Syafii
Nabi Ibrahim
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Pada tahun ini dia pergi naik haji.
Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.
5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur Jawa Tengah
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.
Misalnya:
Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
Sidang itu dipimpin Presiden.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen.
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.
Misalnya:
Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?
Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.
Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.
6. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdanakusumah
Ampere
Catatan:
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal).
Misalnya:
J.J de Hollander
J.P. van Bruggen
H. van der Giessen
Otto von Bismarck
Vasco da Gama
(2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti.
Misalnya:
Abdul Rahman bin Zaini
Ibrahim bin Adham
Siti Fatimah binti Salim
Zaitun binti Zainal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
pascal second Pas
J/K atau JK-1 joule per Kelvin
N Newton
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
5 ampere
7. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Eskimo
suku Sunda
bahasa Indonesia
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
pengindonesiaan kata asing
keinggris-inggrisan
kejawa-jawaan
8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.
Misalnya:
tahun Hijriah tarikh Masehi
bulan Agustus bulan Maulid
hari Jumat hari Galungan
hari Lebaran hari Natal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
Perang Candu
Perang Dunia I
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama diri geografi.
Misalnya:
Banyuwangi Asia Tenggara
Cirebon Amerika Serikat
Eropa Jawa Barat
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi.
Misalnya:
Bukit Barisan Danau Toba
Dataran Tinggi Dieng Gunung Semeru
Jalan Diponegoro Jazirah Arab
Ngarai Sianok Lembah Baliem
Selat Lombok Pegunungan Jayawijaya
Sungai Musi Tanjung Harapan
Teluk Benggala Terusan Suez
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.
Misalnya:
ukiran Jepara pempek Palembang
tari Melayu sarung Mandar
asinan Bogor sate Mak Ajad
d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi.
Misalnya:
berlayar ke teluk mandi di sungai
menyeberangi selat berenang di danau
e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis.
Misalnya:
nangka belanda
kunci inggris
petai cina
pisang ambon
10. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.
Misalnya:
Republik Indonesia
Departemen Keuangan
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.
Misalnya:
beberapa badan hukum
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
menjadi sebuah republik
menurut undang-undang yang berlaku
Catatan:
Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
Pemberian gaji bulan ke 13 sudah disetujui Pemerintah.
Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah itu.
Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.
Misalnya:
Dr. doktor
S.E. sarjana ekonomi
S.H. sarjana hukum
S.S. sarjana sastra
S.Kp. sarjana keperawatan
M.A. master of arts
M.Hum. magister humaniora
Prof. profesor
K.H. kiai haji
Tn. tuan
Ny. nyonya
Sdr. saudara
Catatan:
Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993.
14. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
Besok Paman akan datang.
Surat Saudara sudah saya terima.
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
“Silakan duduk, Dik!” kata orang itu.
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Siapa nama Anda?
Surat Anda telah kami terima dengan baik.
16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu. (Lihat contoh pada I B, I C, I E, dan II F15).
G. Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca.
Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.
Catatan:
Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, melainkan ditipu.
Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan berlepas tangan.
3. a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung dipadankan dengan ‘pandangan dunia’.
b. Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.
Misalnya:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi.

sr: wikipedia

41 thoughts on “Penulisan Huruf Kapital Yang Tepat

  1. Ribet banget ya bahasa Indonesia? Kalo aku sih suka buat ceritanya aja ^ ^. Soalnya aku pikir ini buat kerjaan editor biar gak makan gaji buta hehehe..
    Tapi nice ^ ^. Pelan-pelan aku bakal perbaiki tulisan aku. Soalnya kasian juga sama editornya kalo harus ngedit semua >.<'

    Aku gak konsisten amat yak? plak!

    #Salam Budaya

    • “Soalnya aku pikir ini buat kerjaan editor biar gak makan gaji buta hehehe..” ngakak baca yang ini..
      iya sih emang ribat eonn, haha..
      pas baca aja rasanya pengen cepet cepet aku scroll ke bawah….
      iya kan penulis perlu belajar juga tentang EYD ^^

      • Malah aku ngarepnya, gimana kita bisa buat tulisan tanpa harus ribet belajar yang kayak gituan. ^ ^ Biar indonesia makin kaya kosakata, kekeke #SESAT#

          • Jangan takut buat nyoba yang baru ^ ^ biar gak monoton. Toh udah banyak penulis yang gak merhatiin EYD (karena emang jenis ceritanya). Buat referensi sih boleh aja, tapi gak usah terlalu banyak dipikirin. Nanti botak.

            Sorry. Saya rada gak waras >.<'

    • waaahh devh sama ayya udah saling kenal ya? kalian author favorite ku dari segi cerita…
      ooh jadi devh ngirim naskah sarang-a itu yang ngeditnya editor nulis buku ya? aku kita harus kita nya yang ngedit langsung. haha sebenernya maklum sih penulis untuk umur remaja belum memahami seluruhnya ttg bagaimana cara menulis yang benar, apa lagi kalo hanya untuk hobi semata. yaa mungkin kalo juga emang niat jadi penulis beneran kita belajarnya pelan2 gak harus langsung hapal semua kkk~
      pribadi aku sebenernya buat baca fiksi gak terlalu fokus ke tata tulisan yang benar kecuali kalo amburadul banget tanda bacanya haha lebih merhatiin ceritanya sih menarik apa ngga.
      btw aku pas baca ini juga langsung scroll langsung ke bawah xD
      semangat terus ya untuk berkarya!! ^^

      • iya baru kenal ^^..
        “haha sebenernya maklum sih penulis untuk umur remaja belum memahami seluruhnya ttg bagaimana cara menulis yang benar, apa lagi kalo hanya untuk hobi semata. yaa mungkin kalo juga emang niat jadi penulis beneran kita belajarnya pelan2 gak harus langsung hapal semua kkk~” suka sama quotenya haha
        pusing ya liatnya eonn? ~_^

      • Ada eonni juga disini ^ ^ kita jadi kayak reuni (Apa deh?)
        Aku sama Ayya baru kenal, Eon.. hehe.
        Yang ngedit pasti pertamanya kita sendiri, terus waktu itu minta bantuan senior & guru juga buat nilai tulisan aku, terus dari nulis buku, begitu dapet konfirmasi penerbitan naskah, Dev juga minta kerja sama bareng editor disana.

        Bener eon, masih harus banyak banget belajar ^ ^. “Tuntutlah ilmu sampe ke liang lahat” kalo gak salah gitu bunyinya. Baca yang paling utama. Soalnya kalo aku pribadi, makin banyak baca, jadi lebih paham kosakata & gimana cara nulisin koronologis (?) ceritanya. Aku juga lebih seneng metode main sambil belajar. Biar sekalian refresing, sekalian dapet sesuatu yang baru ^ ^. Soalnya pas kondisi rileks, informasi jadi lebih banyak yang diserap ^ ^. Seneng banget bisa sharing 😀

        #Salam Budaya

  2. wah bagus nih..

    yg namanya bahasa Indonesia emang ribet.. buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia aja tebalnya masya Allah..

    trus.. iya sih.. klo ini emang kerjaan editor biar gak makan gaji buta.. tp.. harusnya sebagai penulis/author,. apalagi klo kita yg udh pernah terbitin buku, harusnya sadar diri dong ya.. tau dong pasti ribetnya kerjaan editor itu gimana… n harusnya sebagai penulis yg baik itu.. belajarlah utk meringankan pekerjaan editor.. toh meringankan bukan berarti bikin editor makan gaji buta..

    jangan terlalu bergantung sama editor klo diri kita sendiri itu bisa ngedit..

    Malah aku ngarepnya, gimana kita bisa buat tulisan tanpa harus ribet belajar yang kayak gituan. ^ ^ Biar indonesia makin kaya kosakata >> iya ribet.. aku setuju.. tp yg namanya belajar kyk gini tuh manfaatnya gede.. aku ngalamin itu.. dulu aku gak terlalu peduli sama yg namanya Bahasa Indonesia.. tp pas mendalaminya kurang lebih 4 tahun.. bener2 kerasa manfaatnya apalagi utk membuat karya ilmiah..

    biar Indonesia makin kaya kosakata.. iya setuju juga.. tp itu juga ada aturannya.. harus udh konvensional dulu.. menyeluruh dan umum… baru diresmikan.. makanya ada yg namanya Kongres Bahasa setiap tahun.. tepatnya saat Sumpah Pemuda…

    Toh udah banyak penulis yang gak merhatiin EYD >> itu hanya penulis yang gak pengen serius.. penulis yg baik justru harus perhatiin tulisannya.. bener2 mencari sampe ke akar2nya.. bahkan bener2 pilih kalimat yang seefektif dan seefisien mungkin.

    penulis2 yg sukses.. tulisannya bagus… bener2 merhatiin EYD
    cerita itu menarik klo tulisan rapi..
    sbnrnya mengenai “jenis cerita” itu bukan masalah EYD.. klo cerita gaul, ya hendaknya/ HARUSNYA juga perhatiin EYDnya.. cuma lebih tepatnya BAHASA… klo cerita gaul.. gak pantes dong pake bahasa FORMAL? pasti banyak n dominan pake yg INFORMAL.. atau bahasa kerennya tuh bahasa slang…

    sebagai orang Indonesia.. yg menempuh pendidikan mengenai bahasa Indonesia.. aku cukup tersinggung loh sama org yg menganggap enteng penggunaan Bahasa Indonesia yg baik dan benar dalam menulis sebuah karya, apapun itu.. apalagi bagi org yang udah pernah nerbitin buku…

    • Wah.. Mian kalo ada yang tersinggung^ ^. Maksud aku yang ‘gak perlu belajar ribet kayak begituan’ artinya kita juga masih membuka diri buat belajar, jadi gak ada maksud buat – gak belajar sama sekali ^ ^. Kecuali kita emang niatnya buat nulis karya ilmiah.
      Berhubung aku rada gila, pengennya sih gak mau sampe botak gara-gara mikirin itu sampe serius banget (ini mah aku pribadi). Nanti yang ada kerja otak kiri aku makin jauh berkembang daripada otak kanan dan akhirnya jadi gak seimbang. Aku serius nulis, aku serius berimajinasi. Tapi aku juga lebih seneng sama cerita yang gak terlalu terikat, jadi kesan pas bacanya juga lues (tiap orang beda selera).
      Oke itu soal bahasa bukan EYD, tapi yang suka aku temuin- khususnya yang jenis cliquelit atau teenlit- ‘begaol’ lebih banyak ditulis daripada ‘Bergaul’. Sekali lagi, beda ceritanya kalo kita mau nulis karya ilmiah.
      Nah, kalo model karya ilmiah itu udah jelas banget beda. Aku juga belajar bahasa Indonesia meskipun basic pendidikannya beda. Malah, silabusnya lebih ke arah karya tulis ilmiah, udah pasti belajar yang formal dan sesuai EYD banget. Soalnya itu berhubungan sama laporan hasil eksperiment kita di laboratorum.
      Dan kenapa sampe tulisan aku diterbitin, aku juga gak tau. Itu usulan guru (kimia) & senior aku yang jadi beta reader. Mungkin penerbit disana pake sistem ‘arisan’ dan yang keluar kebetulan naskah aku #PLAK#
      Bener banget jadi editor itu cape. Soalnya sebelum naskah dikirim, aku juga musti ngedit lagi. Dan ternyata ngedit itu lebih pusing daripada nulis naskah saat petama kali. Tapi, kan aku penulis, dan mereka editor. Aku yang nulis, mereka yang ngedit (Asli ini sesat banget). Itu sudah kodrat pekerjaan mereka para editor. Hehehe #dibunuh para editor detik ini juga#
      Aku masih pemula dan perlu banyak belajar. Belajar dalam arti yang luas tentunya. Dan aku sangat menghargai perbedaan. Senang bisa sharing ^ ^

      #Salam Budaya

    • wahhh… ada diskusi disini ^^

      iya aku setuju sama banget komentar mybabyLiOnew s…
      tapi aku nangkepnya komen devh eonni cuma bercandaan doang…
      sifat orang itu mungkin bisa dilihat dr bagaimana cara dia berkomentar… *maaf OOT*
      aku suka komentar devh eonni yang terkesan santai, tapi aku juga suka komentar
      mybabyLiOnew yang serius.

      “penulis2 yg sukses.. tulisannya bagus… bener2 merhatiin EYD
      cerita itu menarik klo tulisan rapi..”
      kalo maksudnya “penulis2” itu adalah penulis novel, memang gak enak kalo baca cerita yang tata bahasanya amburadul tapi menurutku ada yang lebih penting dari itu. semua bisa belajar tentang EYD dan tulisan yang rapi tapi belum tentu mereka jadi “penulis”.
      aku lebih setuju “ide cerita dan gaya bahasa” yang lebih penting dibalik seorang penulis2 sukses dan cerita menarik.
      kalo dia jago tata bahasa tapi ceritanya monoton, alurnya gitu gitu doang, bahasanya diulang ulang dan ide cerita pasaran, readers mana yang mau baca ceritanya? yang ada malah pengen cepet cepe menuju halaman akhir tanpa membaca seluruh halaman.
      tata bahasa itu bisa dipelajari… tapi ide/ imajinasi meski dipelajari sebanyak apapun tapi kalau kemampuan imajinasinya dangkal ya tetep aja gak akan bisa.
      entahlah kalo yang dimaksud mybabyLiOnew sebagai “tulisanya bagus” itu dari segi ide cerita, mungkin aku salah tangkap.
      memang penulis itu harus tau bagaimana cara “ngedit” tapi editor lah yang berperan penting untuk itu
      aku suka belajar bahasa indonesia, tapi jujur aku baru baru ini aja merhatiin banget yang namanya EYD. dulunya aku lebih suka belajar tentang diksi, kalimat,atau semacam penulisan kata gitulah…
      dari komentar mybabyLiOnew, aku jadi semagat belajar lebih banyak tentang EYD ^^

      #salam penulis amatiran#

    • Annyeong, saya nyasar kesini secara tiba2 ❓
      maaf kalo gak berkenan dengan kehadiran saya yang ingin ikut mengomentari hehehe~
      sebenernya terlepas dari kehadiran seorang editor, tiap penulis wajib mengedit tulisannya apalagi kalo niatnya untuk dibaca orang lain.
      penulisan yang rapih dan cerita yang menarik juga gak lepas dari peran penulis dalam mengedit naskahnya. karna tugas editor pada dasarnya hanya untuk meneliti apakah ada typo dalam tulisan, jadi mereka gak merubah tulisan itu sendiri. jangankan diterbitin di novel, dijadiin fanfic pun sebenernya itu udah wajib apalagi kalo author tersebut udah ngeluarin cerita ampe berapa judul 🙂
      untuk pemakaian bahasa sendiri mungkin masih jadi perdebatan, setiap novel entah itu tenlit, metropop atau novel dewasa pada dasarnya pakai rumus yang sama dan EYD tetep wajib dimanapun. hanya bungkusnya aja yang beda. tapi banyak yang mengira kalo bahasa yang dipakai tenlit berbeda dengan yang dipakai novel dewasa. padahal sebenernya kalo kalian baca novel dewasa, perbandingan antara milik sandra brown dan andrei aksana misalnya, beda diantara dua novelis itu yang satunya pakai bahasa yang ringan yang juga banyak ditemukan di novel2 tenlit atau metropop sementara yang satunya lagi bahasa roman yang kebanyakan dipake para pujangga.
      kalau mau diteliti lagi, penggunaan bahasa mereka sama, ada juga bahasa slang yang mereka masukin di setiap novel yang gak semua orang bisa sadar 🙂 jadi sekali lagi yang beda cuman kemasan aja dan ciri khas penulis 🙂 gak bisa dipungkiri setiap orang berbeda, unik dan punya ciri khas masing2 ^^
      banyak orang berpikir, kalau mau menulis yang baik itu harus pakai EYD yang benar. padahal kenyataannya maksud EYD itu sendiri hanya untuk memperbaiki struktur kata, bukan untuk membentuk pondasi cerita.
      kalo rekomendasi saya, silahkan baca novel terjemahan terutama milik sandra brown. dan coba cari kata2 serta kalimat slang di novelnya, saya jamin kalian bakal nemu paling sedikit satu 😉

      • jd intinya gini kan:

        editor itu gak tau gimana alur cerita yg kita buat, mereka cuma ngerjain/ngedit penulisannya (yg typo dibenerin), tp klo utk mengedit isi cerita ya balik lagi ke penulis/authornya

      • iya iya..,,
        seua novel rumus EYD-nya sama, mau teenlit, metropop, atau tipikal gagas media yang rada puitis gitu, bedanya cuma kadar bahasa slang, sama gaya penulisan.
        wah belum pernah baca novel sandra brown nih, tapi mungkin bisa diibaratin sama novel melisa marr, bahasanya rada berat tapi banyak bahasa slang-nya yang kadang2 masih ditulis pke bhs inggris, abis kalo di artiin jadinya aneh -___-,
        tp kalo novel historical romance-nya johanna lindsey, kok aku gak pernah nemu bahasa slang sangkin bakunya? tapi kembali lagi sih ke ciri khas penulis masing-masing.

  3. halo kak, sblmnya mau ijin copas ya postingan ini^^ postingannya bagus (y) sekalian buat tugas sekolah. Aku copas di wp ku adinary.wordpress.com nanti pasti aku tambahin creditnya kok. Thanks sebelumnya 😀

  4. ka kalau nama bagian / department / divisi seperti Customer Service, Provider Department itu dicetak miring & Huruf pertamanya besar tidak ?

Leave a reply to mybabyLiOnew Cancel reply